Sambut Tahun Baru Hijriyah, MTsN 1 Trenggalek Hadirkan Muballigh Alumnus Kairo

Semangat berubah menuju kondisi yang lebih baik menggelora di dada para insan warga MTsN 1 Trenggalek. Ghirah inilah yang diharapkan menguat pasca peringatan tahun baru Hijriyah 1 Muharram 1442 H.  Kegiatan yang dikemas dalam bentuk ceramah keagamaan ini berlangsung pada hari Sabtu, 22 Agustus 2020. Dalam kegiatan yang berlangsung sederhana namun tak menghilangkan esensi acara, madrasah menghadirkan Ustadz Anang Wahid Cahyono, Lc, M.H.I. Seorang muballigh muda alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Kehadiran dai muda yang juga tercatat sebagai dosen di IAIN Tulungagung ini mampu menuangkan banyak ilmu keagamaan kepada hadirin yang berjumlah 90-an orang.

Ustadz yang juga pernah mondok di PP Ar-Risalah Ponorogo ini dengan kepiawaiannya melantunkan ayat-ayat suci al-Qur’an berhasil menyita perhatian para hadirin. Di saat lain, para hadirin tercenung dengan uraiannya yang bernas. Seperti layaknya dinamika sebuah ceramah di media publik, ustadz tak hanya menyampaikan penyampaian materi yang bernada serius. Sesekali, para hadirin tersipu malu, tergelitik hatinya atau bahkan tak kuasa untuk tak tertawa, terhipnotis joke-joke segar sang ustadz. Walhasil, dai yang sejatinya juga warga asli Trenggalek ini semoga mampu menanamkan pesan-pesan keagamaan kepada guru dan karyawan MTsN 1 Trenggalek.

Kegiatan peringatan 1 Muharram yang berlangsung sekitar dua jam ini, di bawah narasi indah dari sang ustadz setidaknya mengusung dua pesan moral; pentingnya bersyukur dan ajakan untuk meningkatkan etos kerja. Gebrakan awal pada ceramahnya menguraikan tentang standar kaya menurut pandangannya. Sebuah penjelasan yang tentu saja bersandar pada nash-nash berbahasa Arab. Menyimak penjelasan sang ustadz ini akan meniupkan ruh kenyamanan, stabilitas hati, sehingga tak gampang limbung hatinya saat bergaul ataupun bersosialiasasi dengan pelbagai kalangan tingkat ekonomi.

Dalam ceramahnya yang berdurasi lebih dari satu jam, secara cerdas ustadz ini menyindir berbagai lapisan, dari kepala madrasah, guru sampai dengan satpam (penjaga pintu depan). Dengan tanpa meninggalkan aspek historis adanya tahun Hijriyah, ustadz yang mengawali khidmahnya di sebuah lembaga pendidikan swasta ini, mengajak untuk bersama-sama meningkatkan ghirah (etos kerja) di lembaga pendidikan. Secara lebih khusus, ajakan sang ustadz sejatinya mengandung makna tersirat,  mengajak atau bahkan menyeru warga MTsN 1 Trenggalak, agar semakin hari, etos dan kualitas kerjanya semakin meningkat. Baik dirinya sebagai bagian dari abdi negara maupun dirinya sebagai bagian dari lembaga pendidikan yang bernama MTsN 1 Trenggalek. Karena mau tak mau, menjadi tuntutan sebuah lembaga sebesar MTsN 1 Trenggalek untuk terus mengedepankan kualitas dengan berprinsip kepada kreatifitas dan inovasi. Karena dengan hanya jalan di tempat, bukan tak mungkin lembaga sebesar MTsN 1 Trenggalek, akan disalip oleh lembaga-lembaga pendidikan lain yang terus bergerak dan berbenah.

Maka, di bagian akhir ceramah sang ustadz, beliau memetakan manusia menjadi 4 tipe. Semuanya mengacu kepada ayat-ayat al-Qur’an yang dibacakannya dengan tartil dan tahsin. Salah satu prinsip yang harus dipahami dan dipedomani, menurut ustadz Anang, bahwa amal shalih pada ayat yang dikutipnya tersebut bagi seorang guru adalah bagaimana menjalankan tugasnya dengan secara profesional. Adapun faktor lain yang tak kalah penting bahwa landasan menjalankan tugas dan aktifitas seorang guru adalah kuatnya spirit ruhiyyah yang bisa dicontoh dari para pengampu pondok salaf atau pondok pesantren.

Update Informasi MTsN 1 Trenggalek Kini dalam Genggaman.